Breaking News
"Berita" adalah sajian informasi terkini yang mencakup peristiwa penting, fenomena sosial, perkembangan ekonomi, politik, teknologi, hiburan, hingga bencana alam, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Kontennya disusun berdasarkan fakta dan disampaikan secara objektif, akurat, dan dapat dipercaya sebagai sumber referensi publik.
Klik Disini Klik Disini Klik Disini Klik Disini

Narasi Hidup Dan Jiwa Masyarakat Di Tanah Paser

Mengenal Tari Ronggeng Paser: Keanggunan, Magis, dan Kebersamaan dari Bumi Kalimantan Timur

Ujoh Bilang- Di jantung Kalimantan Timur, tepatnya di tanah Paser, hidup sebuah mahakarya budaya yang bukan hanya memukau mata, tetapi juga menyimpan jiwa dan sejarah panjang masyarakatnya. Tari Ronggeng Paser adalah lebih dari sekadar tarian; ia adalah sebuah narasi hidup yang diungkapkan melalui lenggak-lenggok tubuh, alunan musik, dan kain selendang yang mengajak bersatu.

Narasi Hidup Dan Jiwa Masyarakat Di Tanah Paser
Narasi Hidup Dan Jiwa Masyarakat Di Tanah Paser

Baca Juga : Kontroversi SARA Dan Doxing Menjerat Dua Anggota DPRD Kaltim

Sebagai bukti betapa berharganya warisan ini, sejak tahun 2017, Tari Ronggeng Paser telah resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mari kita telusuri lebih dalam keindahan, sejarah, dan makna yang tersirat dalam setiap gerakannya.

Dari Ritual Alam ke Istana Kerajaan: Sebuah Perjalanan Panjang

Akar Tari Ronggeng Paser tertanam sangat dalam, merujuk pada zaman di mana masyarakat setempat masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Pada masa itu, tarian ini bukanlah pertunjukan, melainkan sebuah medium spiritual. Gerakan-gerakannya yang terinspirasi dari alam—seperti hembusan angin, aliran air, dan tumbuhan yang meliuk—dipercaya sebagai doa dan sarana komunikasi dengan roh leluhur serta kekuatan alam, memohon keselamatan dan hasil panen yang melimpah.

Transformasi signifikan terjadi di era Kerajaan Sadurangas

Tarian ini naik strata dari ritual desa menjadi hiburan istana yang anggun. Para penari perempuan terlatih menghibur keluarga kerajaan dengan gerakan yang halus, diiringi musik dan syair-syair yang penuh pesan moral. Pada periode inilah nama “Ronggeng Paser” mulai melekat, diduga kuat karena pengaruh interaksi budaya dengan pedagang dari Semenanjung Malaya.

Masa penjajahan menjadi ujian berat, di mana ekspresi budaya dibatasi. Namun, nyala Ronggeng Paser tidak pernah padam. Tarian ini tetap dipentaskan, meski sering kali dalam konteks yang berbeda, seperti hiburan bagi tentara.

Pasca kemerdekaan, tarian ini menemukan roh barunya sebagai identitas masyarakat Paser. Salah satu ciri khas yang paling dinantikan, tradisi “Ngibing”, semakin mengemuka. Ngibing adalah mimana penari turun dari panggung dan mengajak penonton untuk menari bersama dengan memberikan selendang. Inilah puncak dari fungsi sosial tarian ini, mengaburkan batas antara pemain dan penonton dalam sebuah euforia kebersamaan.

Sejak dekade 1980-an, gelombang pelestarian dimulai. Pemerintah daerah, menyadari nilainya yang tak ternilai, mendirikan sanggar-sanggar seni, melatih generasi muda, dan menggelar festival budaya. Hingga kini, Tari Ronggeng Paser terus berevolusi dengan modifikasi gerak, musik, dan kostum yang lebih segar, tanpa kehilangan jiwa tradisinya yang abadi.

Fungsi Tari: Lebih Dari Sekadar Pertunjukan

Tari Ronggeng Paser adalah cerminan kehidupan masyarakat Paser yang multifungsi:

  1. Fungsi Ritual: Sebagai warisan dari masa lampau, tarian ini masih menjadi bagian dari upacara adat, seperti ritual pengobatan Belian dan upacara syukuran atas panen yang melimpah.

  2. Fungsi Sosial: Sebagai perekat komunitas. Melalui tradisi Ngibing, tarian ini memfasilitasi interaksi langsung dan menciptakan kehangatan dalam kebersamaan.

  3. Fungsi Hiburan: Menghiasi berbagai perayaan, mulai dari pesta rakyat, pernikahan adat, hingga festival budaya nasional.

  4. Fungsi Edukasi: Diajarkan dari generasi ke generasi sebagai cara untuk melestarikan bahasa, nilai-nilai, dan identitas budaya Paser.

Keanggunan dalam Gerakan dan Irama: Bentuk & Musik Pengiring

Tari Ronggeng Paser biasanya dibawakan oleh enam orang penari perempuan dalam formasi kelompok. Kekuatannya terletak pada gerakannya yang lembut, sederhana, dan repetitif, yang didominasi oleh motif lenggang Melayu. Justru kesederhanaan inilah yang membuatnya mudah diikuti ketika penonton diajak ngibing.

Narasi Hidup Keindahan gerakan ini tak lepas dari iringan musik yang dinamis, yang terdiri dari tiga bagian utama:

  • Batu Sopang: Dibawakan di awal dengan irama tenang dan khidmat, sebagai pembuka dan pengantar suasana.

  • Tirik: Bagian inti dengan tempo yang lebih cepat, dinamis, dan penuh semangat, mengiringi gerakan-gerakan yang lebih energik.

  • Makinang: Ditampilkan di akhir pertunjukan dengan irama ringan dan ceria, sebagai penutup yang berkesan.

Orkestra pengiringnya adalah perpaduan unik tradisi dan modernitas:

  • Gambus: Sebagai jantung melodi, instrumen petik ini memandu alur musik dan menandai pergantian gerak.

  • Babun (Gendang): Menjadi denyut nadi yang mengatur tempo dan mempertegas dinamika tarian.

  • Keroncong/Ukulele dan Gitar: Menyediakan harmoni dan irama yang mengalun, mengisi latar belakang musikal.

  • Kereces (Tamborin): Menambahkan warna bunyi kerincing yang cerah, terutama saat memasuki sesi ngibing.

  • Penyanyi: Membawakan syair atau pantun dalam bahasa Paser yang berisi kisah, nasihat hidup, atau bahkan sapaan santun kepada penonton.

Di era modern, instrumentasi boleh saja ditambah dengan biola, keyboard, atau aransemen digital untuk menyesuaikan selera muda, namun kehadiran gambus sebagai instrumen utama tetap dipertahankan untuk menjaga jiwa tradisionalnya.

Busana: Cermin Estetika dan Identitas

Busana penari Ronggeng Paser menceritakan evolusi fungsinya. Dari pakaian sederhana yang digunakan dalam ritual, kini kostumnya telah berubah menjadi cerminan identitas budaya yang anggun.

Narasi Hidup Penari modern biasanya mengenakan kebaya satin berwarna cerah, seperti kuning emas atau merah menyala, yang melambangkan semangat dan keceriaan. Bawahan berupa sarung atau kain batik khas Paser mempertegas akar budayanya. Aksesori seperti sanggul dan perhiasan tradisional melengkapi penampilan yang cantik dan berwibawa.

Namun, ada satu elemen yang paling simbolis: selendang. Ia bukan sekadar penghias, melainkan jembatan penghubung. Saat selendang diulurkan kepada seorang penonton, itulah undangan untuk masuk ke dalam lingkaran kegembiraan, menjadi bagian dari sebuah tradisi yang hidup dan terus bernapas.

Kesimpulan

Tari Ronggeng Paser adalah sebuah living heritage. Ia adalah penari yang meliuk di antara masa lalu dan masa kini, antara yang sakral dan yang profan, antara panggung dan penonton. Dengan mengenal dan melestarikannya, kita bukan hanya menyelamatkan gerakan-gerakan indah, tetapi juga turut menjaga jiwa dan cerita dari Bumi Paser untuk generasi mendatang.

tokopedia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *